Contoh Tugas Makalah Character Building ( Waria )
Contoh Tugas Makalah Character Building ( Waria )
Link Download Word Dibawah postingan
Contoh Tugas Makalah Character Building ( Waria )
MAKALAH CHARACTER BUILDING
FENOMENA WARIA
12.2C.14
AKADEMI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN
KOMUNIKASI
BINA SARANA INFORMATIKA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena Makalah yang berjudul “Fenomena Waria” dapat diselesaikan dengan lancar. Makalah ini disusun dalam rangka pemenuhan nilai UAS mata kuliah Character Building, Bina Sarana Informatika Karawang.
Makalah ini ditulis berdasarkan observasi melalui buku, media cetak dan internet atau semua data-data sekunder yang berhubungan dengan judul makalah kami yaitu waria dalam kehidupannya sebagai bagian dari masyarakat. Semoga makalah ini dapat menjadi manfaat sebagai informasi dan menambah wawasan tentang sisi lain kehidupan dalam masyarakat heteroseksual.
Tim Penyusun
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan alami masyarakat telah mengalami perkembangan yang luar biasa pesat dalam berbagai sisinya. Berbagai dampak positif dan negatif berbaur dalam berbagai pujian dan kontroversi. Pengetahuan dan penyimpangannya menjadi bagian yang seolah tidak dapat dipisahkan. Salah satunya dalam masalah seksual istilah waria ( wanita pria ) menjadi bagian penting yang menjadi sorotan dan menyatu dalam masyarakat. Berbagai pendapat dan pandangan negatif terhadap perkembangan waria dimanapun kaum ini berada. Sisi kehidupannya yang sarat akan kontroversi terkadang membuat kaum waria tersisih. Stigma negatif masyarakat selalu merekat pada sosok waria.
Waria dan kehidupannya merupakan hal yang menarik untuk diulas dan dijabarkan menjadi wawasan dan pengetahuan yang perlu masyarakat umum ketahui. Bukan hanya sebagai bahasan yang habis sekali dibaca, tetapi juga untuk menambah pemahaman mengenai sifat dan terbentuknya kaum waria yang belum banyak masyarakat pahami.
Komunitas waria adalah minoritas dalam masyarakat, berasal dari kata wanita pria (shemale) karena pria tapi seperti wanita, merasa jiwa yang berada dalam tubuhnya adalah wanita, bahkan keseluruhan apa yang ada ditempatkan selayaknya seorang wanita. Berdandan, berpikir, perasaan, dan perilaku layaknya perempuan, yang membedakan adalah jenis alat kelamin yang dimiliki. Alat kelamin merupakan identitas ketika lahir, berbeda tapi fungsi tetap sama, untuk buang air kecil. Kehidupan dijalani seperti orang normal, kebutuhan biologis, aktifitas, dan bergaul dengan sesama atau orang bukan dari kelompoknya karena juga bagian masyarakat.
Kini sudah mulai mengakui walaupun kadang masih dianggap tidak normal dan obyek ejekan lucu untuk ditonton bila berlebihan mengekpose diri dan terkesan aneh. Tidak sedikit pula dari kaum waria terlahir sentuhan keindahan masyarakat yang tanpa ragu mengakuinya.
Mereka punya sensitifitas tinggi, sehingga terkesan menutup diri, rendah diri, dan membatasi pergaulan masyarakat bahkan keluarga sendiri yang tidak bisa menerima apa adanya.
1.b Perumusan Masalah
Mengetahui waria dengan dinamika kehidupannya ?
1.c Tujuan
Penyusunan makalah ini mempunyai beberapa tujuan yaitu :
Mengetahui waria dengan dinamika kehidupannya ?
1.c Tujuan
Penyusunan makalah ini mempunyai beberapa tujuan yaitu :
- Sebagai pemenuhan nilai UAS mata kuliah Character Building.
- Penambah wawasan pembaca tentang pola kehidupan waria.
- Pengetahuan bagaimana pembentukan karakter waria.
1.d Manfaat
Manfaat yang didapat dari makalah ini
Manfaat yang didapat dari makalah ini
- Pembaca dapat mengetahui tentang kehidupan waria dalam berbagai segmen.
- Menambah wawasan pembaca mengenai pembentukan sifat dan karakter waria
- Dapat dijadikan wawasan dan acuan dalam pembelajaran sikap dan pendewasaan karakter.
1.e Ruang Lingkup
Makalah ini membahas mengenai fenomena waria di dalam kehidupan masyarakat yang menyangkut masalah pembentukan karakternya, pandangan tentang waria dalam berbagai sudut pandang masyarat serta lembaga. Serta membahas sisi lain kehidupan waria sebagai motivasi pembelajaran kaumnya dan juga masyarakat pada umumnya.
METODE PENULISAN
2.a Objek Penulisan
Objek penulisan makalah ini adalah mengenai waria dalam kehidupannya di masyarakat. Dalam makalah ini dibahas mengenai waria dalam semua aspek, baik sisi negatif maupun positif yang dapat dijadikan pembelajaran bagi pembaca yang budiman.
2.b Metode Pengumpulan Data
Dalam pembuatan makalah ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah berdasarkan observasi melalui berbagai media seperti, buku, internet juga artikel mengenai objek.
Dalam pembuatan makalah ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah berdasarkan observasi melalui berbagai media seperti, buku, internet juga artikel mengenai objek.
2.c Metode Analisis
Penyusunan makalah ini berdasarkan metode deskriptif analistis, yaitu mengidentifikasi permasalahan berdasarkan fakta dan data yang ada, menganalisis permasalahan berdasarkan pustaka dan data pendukung lainnya, serta mencari alternatif pemecahan masalah
Penyusunan makalah ini berdasarkan metode deskriptif analistis, yaitu mengidentifikasi permasalahan berdasarkan fakta dan data yang ada, menganalisis permasalahan berdasarkan pustaka dan data pendukung lainnya, serta mencari alternatif pemecahan masalah
PEMBAHASAN MASALAH
3.a Definisi Homoseksual
Homoseksual adalah ketertarikan / dorongan / hasrat untuk terlibat secara seksual dan emosional (ketertarikan yang bersifat romantis) terhadap orang yang berjenis kelamin sama. Istilah gay adalah suatu istilah tertentu yang digunakan untuk merujuk kepada pria homoseks. Sedangkan Lesbian adalah suatu istilah tertentu yang digunakan untuk merujuk kepada wanita homoseks. Sedangkan waria adalah pria homosek yang berpenampilan, bergaya dan bertingkah laku seperti layaknya seorang wanita. Pengertian waria itu sendiri Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia waria adalah seorang laki-laki yang berbusana dan bertingkah laku sebagaimana layaknya seorang wanita. Sedangkan Bersadarkan wikipedia Waria (portmanteau dari wanita-pria) atau wadam (dari hawa-adam) adalah laki-laki yang lebih suka berperan sebagai perempuan dalamkehidupannya sehari-hari. Keberadaan waria telah tercatat lama dalam sejarah dan memiliki posisi yang berbeda-beda dalam setiap masyarakat. Walaupun dapat terkait dengan kondisi fisik seseorang, gejala waria adalah bagian dari aspek sosial transgenderisme. Seorang laki-laki memilih menjadi waria dapat terkait dengan keadaan biologisnya (hermafroditisme), orientasi seksual (homoseksualitas), maupun akibat pengondisian lingkungan pergaulan. Sebutan bencong atau banci juga dikenakan terhadap waria dan bersifat negatif.
Namun istilah lain yang lazim digunakan untuk kaum ini adalah.
- Banci = yang kemudian mengalami metamorfosa dengan melahirkan kata bencong.
- Wadam = kependekan dari wanita adam. Istilah ini kurang begitu populer lagi
- Wandu = berasal dari bahasa Jawa yang mungkin artinya wanito dhudhu (wanita bukan).
3.b Sejarah Waria dan Homoseksual
Di Indonesia, data statistik menunjukkan 8-10 juta populasi pria Indonesia pada suatu waktu terlibat pengalaman homoseksual. Dari jumlah ini, sebagian dalam jumlah bermakna terus melakukannya. (Dari Kompas Cyber Media, 2003 ). Hasil survei YPKN menunjukkan, ada 4.000 hingga 5.000 penyuka sesama jenis di Jakarta. Sedangkan Gaya Nusantara memperkirakan, 260.000 dari enam juta penduduk Jawa Timur adalah homo. Angka-angka itu belum termasuk kaum homo di kota-kota besar. Diperkirakan, secara nasional jumlahnya mencapai sekitar 1% dari total penduduk Indonesia.
Sebenarnya tidak tahu sejak kapan tepatnya penyimpangan gender terjadi, akan tetapi sejak dahulu manusia memang sudah melakukan penyimpangan atau penyeberangan gender serta manjalin hubungan antara sesama jenis. Penyimpangan gender dan hubungan sesama jenis sudah sering dibahas di dalam kitab suci, dan cerita sejarah.
Pada tahun 1869, dokter Dr K.M. Kertbeny yang berkebangsaan Jerman-Hongaria menciptakan isitlah homoseks atau homoseksualitas. Homo sendiri berasal dari kata Yunani yang berarti sama, dan seks yang berarti jenis kelamin. Istilah ini menunjukkan penyimpangan kebiasaan seksual seseorang yang menyukai jenisnya sendiri , misalnya pria menyukai pria atau wanita menyukai wanita.
Pada abad ke 20 semakin banyak homo atau bahasa gaulnya Maho-maho bermunculan, sehingga munculnya komunitas homoseksual di kota-kota besar di Hinda-Belanda sekitar pada tahun 1920an.
1968
Sekitar pada tahun 1968 mulai dikenal isitilah wadam yang diambil dari kata hawa dan adam. Kata wadam menunjukkan seseorang pria yang mempunyai prilaku menyimpang yang bersikap seperti perempuan.
1969
Pada tahun 1969 di New York, Amerika berlangsung Huru-hara Stonewall ketika kaum waria dan gay melawan represi polisi yang khususnya terjadi pada sebuah bar bernama Stonewall Inn. Perlawanan ini merupakan langkah awal dari Waria dan Gay, dalam mempublikasikan keberadaan mereka.
Pada tahun yang sama mulai muncul organisasi Wadam yang bernama Himpunan Wadam Djakarta (HIWAD). Organisasi tersebut merupakan organisasi Waria pertama di Indonesia yang terletak di Jakarta. Organisai tersebut berdiri dan difasilitasi oleh Gubernur DKI Jakarta Raya, Ali Sadikin.
1978:
International Lesbian and Gay Association OLGA) berdiri di Dublin, Irlandia
±1980:
Istilah wadam diganti menjadi waria karena keberatan sebagian pemimpin Islam, karena mengandung nama seorang nabi, yakni Adam a.s.
1981:
Munculnya gejala penyakit baru yang kemudian dinamakan AIDS. Penyakit ini pertama kali ditemukan di kalangan gay di kota kota besar Amerika Serikat, Kemudian ternyata diketahui bahwa HIV adalah virus penyebab AIDS. Penularan HIV / AIDS pertama kali ditularkan melalui hubungan seks anal antara laki laki.
1982 – sekarang
Pada tahun 1982 muncullah Organisasi gay terbuka, yang merupakan organisasi Gay terbuka yang pertama di Indonesia, setelah itu diikuti dengan organisasi lainnya seperti : Persaudaraan Gay Yogyakarta (PGY) (Indonesian Gay Society (IGS)), dan GAYa NUSANTARA (GN) (Surabaya). Setelah banyaknya kemunculan-kemunculan tersebut, organisasi Gay mulai menjamur diberbagai kota besar seperti di Jakarta, Pekanbaru, Bandung dan Denpasar, Malang dan Ujungpadang. Tentunya hal ini cukup meresahkan dan mengkhawatirkan masyarakat terutama organisasi-organisasi Islam di Indonesia.
3.c Proses Terbentuknya Homoseksual Waria
Terdapat tiga garis besar kemungkinan faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya homoseksual waria sebagai berikut:
1. Biologis
Kombinasi / rangkaian tertentu di dalam genetik (kromosom), otak , hormon, dan susunan syaraf diperkirakan mempengaruhi terbentuknya homoseksual waria.
Deti Riyanti dan Sinly Evan Putra, S.Si mengemukakan bahwa berdasarkan kajian ilmiah, beberapa faktor penyebab orang menjadi homoseksual dapat dilihat dari :
Deti Riyanti dan Sinly Evan Putra, S.Si mengemukakan bahwa berdasarkan kajian ilmiah, beberapa faktor penyebab orang menjadi homoseksual dapat dilihat dari :
- Susunan Kromosom
Perbedaan homoseksual dan heteroseksual dapat dilihat dari susunan kromosomnya yang berbeda. Seorang wanita akan mendapatkan satu kromosom x dari ibu dan satu kromosom x dari ayah. Sedangkan pada pria mendapatkan satu kromosom x dari ibu dan satu kromosom y dari ayah. Kromosom y adalah penentu seks pria.
Jika terdapat kromosom y, sebanyak apapun kromosom x, dia tetap berkelamin pria. Seperti yang terjadi pada pria penderita sindrom Klinefelter yang memiliki tiga kromosom seks yaitu xxy. Dan hal ini dapat terjadi pada 1 diantara 700 kelahiran bayi. Misalnya pada pria yang mempunyai kromosom 48xxy. Orang tersebut tetap berjenis kelamin pria, namun pada pria tersebut mengalami kelainan pada alat kelaminnya.
Jika terdapat kromosom y, sebanyak apapun kromosom x, dia tetap berkelamin pria. Seperti yang terjadi pada pria penderita sindrom Klinefelter yang memiliki tiga kromosom seks yaitu xxy. Dan hal ini dapat terjadi pada 1 diantara 700 kelahiran bayi. Misalnya pada pria yang mempunyai kromosom 48xxy. Orang tersebut tetap berjenis kelamin pria, namun pada pria tersebut mengalami kelainan pada alat kelaminnya.
- Ketidakseimbangan Hormon
Seorang pria memiliki hormon testoteron, tetapi juga mempunyai hormon yang dimiliki oleh wanita yaitu estrogen dan progesteron. Namun kadar hormon wanita ini sangat sedikit. Tetapi bila seorang pria mempunyai kadar hormon esterogen dan progesteron yang cukup tinggi pada tubuhnya, maka hal inilah yang menyebabkan perkembangan seksual seorang pria mendekati karakteristik wanita.
- c.Struktur Otak
Struktur otak pada straight females dan straight males serta gay females dan gay males terdapat perbedaan. Otak bagian kiri dan kanan dari straight males sangat jelas terpisah dengan membran yang cukup tebal dan tegas. Straight females, otak antara bagian kiri dan kanan tidak begitu tegas dan tebal. Dan pada gay males ( waria ), struktur otaknya sama dengan straight females, serta pada gay females struktur otaknya sama dengan straight males, dan gay females ini biasa disebut lesbian.
- d.Kelainan susunan syaraf
Berdasarkan hasil penelitian terakhir, diketahui bahwa kelainan susunan syaraf otak dapat mempengaruhi prilaku seks heteroseksual maupun homoseksual. Kelainan susunan syaraf otak ini disebabkan oleh radang atau patah tulang dasar tengkorak.
2. Lingkungan
Kaum waria atau homoseksual pada umumnya merasa lebih nyaman menerima penjelasan bahwa faktor biologis-lah yang mempengaruhi mereka dibandingkan menerima bahwa faktor lingkunganlah yang mempengaruhi. Dengan menerima bahwa faktor biologis-lah yang berperan dalam membentuk homoseksual maka dapat dinyatakan bahwa kaum homoseksual memang terlahir sebagai homoseksual, mereka dipilih sebagai homoseksual dan bukannya memilih menjadi homoseksual.
Faktor lingkungan yang diperkirakan dapat mempengaruhi terbentuknya homoseksual terdiri atas berikut:
2. Lingkungan
Kaum waria atau homoseksual pada umumnya merasa lebih nyaman menerima penjelasan bahwa faktor biologis-lah yang mempengaruhi mereka dibandingkan menerima bahwa faktor lingkunganlah yang mempengaruhi. Dengan menerima bahwa faktor biologis-lah yang berperan dalam membentuk homoseksual maka dapat dinyatakan bahwa kaum homoseksual memang terlahir sebagai homoseksual, mereka dipilih sebagai homoseksual dan bukannya memilih menjadi homoseksual.
Faktor lingkungan yang diperkirakan dapat mempengaruhi terbentuknya homoseksual terdiri atas berikut:
- Budaya / Adat-istiadat
Dalam budaya dan adat istiadat masyarakat tertentu terdapat ritual-ritual yang mengandung unsur homoseksualitas, seperti dalam budaya suku Etoro yaitu suku pedalaman Papua New Guinea, terdapat ritual keyakinan dimana laki-laki muda harus memakan sperma dari pria yang lebih tua (dewasa) untuk memperoleh status sebagai pria dewasa dan menjadi dewasa secara benar serta bertumbuh menjadi pria kuat.
Karena pada dasarnya budaya dan adat istiadat yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat tertentu sedikit banyak mempengaruhi pribadi masing-masing orang dalam kelompok masyarakat tersebut, maka demikian pula budaya dan adat istiadat yang mengandung unsur homoseksualitas dapat mempengaruhi seseorang. Mulai dari cara berinteraksi dengan lingkungan, nilai-nilai yang dianut, sikap, pandangan, maupun pola pemikiran tertentu terutama sekaitan dengan orientasi, tindakan, dan identitas seksual seseorang.
- Pola asuh
Cara mengasuh seorang anak juga dapat mempengaruhi terbentuknya waria. Sejak dini seorang anak telah dikenalkan pada identitas mereka sebagai seorang pria atau perempuan. Dan pengenalan identitas diri ini tidak hanya sebatas pada sebutan namun juga pada makna di balik sebutan pria atau perempuan tersebut, meliputi:
- Kriteria penampilan fisik : pemakaian baju, penataan rambut, perawatan tubuh yang sesuai, dan sebagainya.
- Karakteristik fisik : perbedaan alat kelamin pria dan wanita; pria pada umumnya memiliki kondisi fisik yang lebih kuat dibandingkan dengan wanta, pria pada umumnya tertarik dengan kegiatan-kegiatan yang mengandalkan tenaga / otot kasar sementara wanita pada umumnya lebih tertarik pada kegiatan-kegiatan yang mengandalkan otot halus.
- Karakteristik sifat : pria pada umumnya lebih menggunakan logika / pikiran sementara wanita pada umumnya cenderung lebih menggunakan perasaan / emosi. Pria pada umumnya lebih menyukai kegiatan-kegiatan yang membangkitkan adrenalin, menuntut kekuatan dan kecepatan, sementara wanita lebih menyukai kegiatan-kegiatan yang bersifat halus, menuntut kesabaran dan ketelitian.
- Karakteristik tuntutan dan harapan : untuk masyarakat yang menganut sistem paternalistik maka tuntutan bagi para pria adalah untuk menjadi kepala keluarga dan bertanggung jawab atas kelangsungan hidup keluarganya. Dengan demikian pria dituntut untuk menjadi figur yang kuat, tegar, tegas, berani, dan siap melindungi yang lebih lemah (seperti istri, dan anak-anak). Sementara untuk masyarakat yang menganut sistem maternalistik maka berlaku sebaliknya bahwa wanita dituntut untuk menjadi kepala keluarga.
Jika dilihat secara universal, sistem yang diakui universal adalah sistem paternalistik. Namun baik paternalistik maupun maternalistik, setiap orang tetap dapat berlaku sebagai pria ataupun wanita sepenuhnya. Yang membedakan pada kepala keluarga: pria dalam paternalistik dan wanita dalam maternalistik adalah pendekatan yang digunakan dalam memenuhi tanggung jawab mereka sebagai kepala keluarga.
Pola asuh yang tidak tepat, seperti contoh yang tidak asing yaitu: anak laki-laki yang dikenakan pakaian perempuan, didandani, diberikan mainan boneka, dan diasuh seperti layaknya mengasuh seorang perempuan, ataupun sebaliknya dapat berimplikasi pada terbentuknya identitas homoseksual pada anak tersebut. Mengapa demikian? Karena sejak dini ia tidak dikenalkan dan dididik secara tepat & benar akan identitas seksualnya, dan akan perbedaan yang jelas antara laki-laki dan perempuan.
3.d Ciri-ciri Waria
- Memiliki bentuk tubuh seperti pria.contoh : Rahangnya yang kuat,lengannya yang berotot,bentuk paha,dll
- waria tidak memancarkan PHEROMONE dari dalam tubuhnya seperti pada wanita.
- Waria biasa memekai pakaian yang cenderung seperti wanita,biasanya pakaian sexy untuk menarik perhatian “sesama jenisnya”
- Waria tidak mungkin memiliki organ tubuh wanita secara alami (seperti rahim dan payudara) karna hormon tectoseron dalam tubuhnya tidak terbentuknya organ-organ wanita tersebut.
3.e Sudut Pandang Tentang Waria
Kehidupan di dalam masyarakat tidaklah sesederhana seperti hitam atau putih. Masih ada beberapa pihak yang hidup pada area abu-abu di mana ketidakjelasan menjadi dasarnya. Wanita Pria (Waria) merupakan salah satu fenomena di dalam masyarakat yang keberadaannya oleh beberapa pihak masih menjadi kontroversi. Isu yang sering berkembang cenderung berkaitan dengan tidak jelasnya identitas mereka. Kehadiran waria di tengah kehidupan masyarakat tentu saja menimbulkan berbagai pandangan dari berbagai pihak .
- Menurut Sudut Pandang Agama
Menjadi waria dalam sudut pandang agama adalah pelanggaran kodrati yang diberikan oleh Tuhan. Banyak sekali kecaman terhadap waria karena sesungguhnya Tuhan hanya menciptakan dua jenis kelamin manusia yaitu laki-laki dan perempuan. Dalam kitab suci berbagai agama seperti contohnya di dalam agama islam, di dalam Al-Quran tertulis “Wahai manusia Kami menciptakan kamu yang terdiri dari laki-laki dan perempuan.“ (Qs Al Hujurat : 13). “Rasulullah melaknat orang laki-laki yang menyerupai perempuan dan orang perempuan yang menyerupai laki-laki” (H.R. Bukhari)
Dan agama islam sangat melaknat terjadinya jenis kelamin ketiga ini. Waria dianggap dengan sadar dan sengaja mengubah dirinya menjadi waria bukan karena sesuatu alasan lahiriah karena pada saat lahir mereka adalah laki-laki dan hal ini sangat bertentangan dengan ajaran agama islam.
Dalam agama Kristen juga melarang keras adanya waria karena Tuhan hanya menciptakan laki-laki dan perempuan saja di dalam penciptaan manusia, seperti yang tertulis dalam kitab suci agama Kristen yang tertulis “Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka”. Kejadian 1:27. Dari kutipan ayat tersebut dapat diketahui bahwa Tuhan memang tidak pernah menciptakan manusia dalam keadaan sebagai waria.
- Menurut Sudut Pandang Hukum
Waria dalam sudut pandang hukum tentu saja adalah sama dalam menyangkut perlindungan HAM dan warga negara serta penegakan hukum terhadap setiap perilaku dan kesalahan apabila dilakukan oleh seorang waria sebagai warga negara. Hukum positif di negara Indonesia (konstitusi dan regulasi) memang tidak secara spesifik mengatur tentang hak-hak waria. Meski begitu, bukan berarti bahwa keberadaan waria tidak mendapatkan perlindungan hukum. Sebaliknya dengan tidak diatur, menandakan bahwa di mata hukum, hak dan kewajiban waria adalah sederajat dengan warga negara lainnya. Jadi, tidak ada alasan hukum untuk mendiskriminasi waria dalam mendapatkan hak-haknya sebagai warga negara. Waria adalah juga warga negara yang memiliki hak konstitusional.
Dalam UUD 45, konstitusi negara Indonesia, terdapat beberapa hak warga negara terkait dengan hak asasi manusia. Yaitu pertama, pasal 28D ayat (1) UUD 45 amandemen kedua: “Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum”. Kedua, pasal 28D ayat (2) UUD 45 amandemen kedua: “Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.” Ketiga, Pasal 28D ayat (3) UUD 45 amandemen kedua: “Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan.”
Dalam UUD 45, konstitusi negara Indonesia, terdapat beberapa hak warga negara terkait dengan hak asasi manusia. Yaitu pertama, pasal 28D ayat (1) UUD 45 amandemen kedua: “Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum”. Kedua, pasal 28D ayat (2) UUD 45 amandemen kedua: “Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.” Ketiga, Pasal 28D ayat (3) UUD 45 amandemen kedua: “Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan.”
- Menurut Sudut Pandang Masyarakat
Waria di Indonesia lekat dengan citranya sebagai PSK (Penjaja Seks Komersial), tidak semua, namun label selalu menyertai. Bagi yang berpendidikan dan berketrampilan tentulah dapat bekerja layak, tapi bagi yang tidak tentulah sangat sulit, satu-satunya hal termudah menjadi PSK, tidak akan diterima kerja di manapun. Masyarakat berpikir bahwa waria adalah salah satu bentuk penyimpangan seksual yang wajib untuk diluruskan karena melanggar kodrat yang seharusnya. Bahkan tidak jarang masyarakat merasa risih dengan keberadaan waria karena dianggap meresahkan dan membawa dampak negatif bagi lingkungan sekitarnya.
3.f Alasan Memilih Menjadi Waria
Tidak sedikit pria homoseksual akhirnya memilih menjadi waria. Berdandan seolah layaknya wanita atau bahkan berkeinginan menikah dengan seorang pria. Ada beberapa alasan yang dikemukakan waria pada umumnya : mengapa mereka memilih menjadi waria.
3.f Alasan Memilih Menjadi Waria
Tidak sedikit pria homoseksual akhirnya memilih menjadi waria. Berdandan seolah layaknya wanita atau bahkan berkeinginan menikah dengan seorang pria. Ada beberapa alasan yang dikemukakan waria pada umumnya : mengapa mereka memilih menjadi waria.
- Panggilan Jiwa
Panggilan jiwa adalah alasan yang paling sering diungkapankan oleh kaum waria. Ketika mereka menjadi seorang laki-laki dan berpura-pura menjadi selayaknya laki-laki normal hal tersebut membuat mereka sangat tertekan karena dalam jiwa mereka begitu menolak kenyataan mereka adalah seorang laki-laki. Umumnya mereka menganggap diri mereka adalah wanita yang terjebak dalam tubuh pria. Tidak jarang waria merasa risih dengan alat kelamin prianya sehingga terkadang mereka melakukan operasi transgender untuk memiliki alat kelamin wanita. Ketika menjadi seorang wanita, waria merasa begitu bahagia dan lega karena mereka tidak harus berpura-pura lagi dan membohongi diri mereka sendiri. Karena itulah mereka lebih senang berdandan seperti layaknya perempuan daridapa harus menjadi normal seperti laki-laki.
- Tuntutan Ekonomi
Kenyataan ekonomi bangsa yang demikian parah dan terpuruk memaksa komponen masyarakat kelas bawah yang lemah, berusaha mendapatkan sesuap nasi dengan jalan apapun. Tidak jarang seseorang mengubah dirinya menjadi waria hanya karena faktor ekonomi. Waria sangat lekat dengan praktik prostitusi. Itulah yang menjadikan bayangan miring terhadap waria dalam masyarakat kita.
3.g Waria dalam Dua Cermin
Pada dasarnya waria tidak pernah menginginkan dirinya dilahirkan menjadi seorang waria. Sama seperti oarng yang tidak pernah meminta lahir menjadi orang cacat fisik.
Secara normatif, agama memang dengan jelas dan tegas melarang orang yang mengubah dirinya dari laki-laki menjadi wanita dengan sengaja. Kendati demikian, bukan berarti menjadikan alasan seorang waria didiskriminasikan begitu saja. Masyarakat umumnya masih melihat waria sebelah mata. Tidak jarang para waria ini diperlakukan tidak secara manusiawi. Di dalam masyarakat dia dikecam, dalam keluarga mereka diusir, dan oleh negara mereka tidak diakui. Betapa perih batin yang mereka rasakan. Sementara mereka tidak tahu harus berbuat apa atas kelainan yang mereka derita.
Keberadaan waria memang sebuah kenyataan kompleks.
3.g Waria dalam Dua Cermin
Pada dasarnya waria tidak pernah menginginkan dirinya dilahirkan menjadi seorang waria. Sama seperti oarng yang tidak pernah meminta lahir menjadi orang cacat fisik.
Secara normatif, agama memang dengan jelas dan tegas melarang orang yang mengubah dirinya dari laki-laki menjadi wanita dengan sengaja. Kendati demikian, bukan berarti menjadikan alasan seorang waria didiskriminasikan begitu saja. Masyarakat umumnya masih melihat waria sebelah mata. Tidak jarang para waria ini diperlakukan tidak secara manusiawi. Di dalam masyarakat dia dikecam, dalam keluarga mereka diusir, dan oleh negara mereka tidak diakui. Betapa perih batin yang mereka rasakan. Sementara mereka tidak tahu harus berbuat apa atas kelainan yang mereka derita.
Keberadaan waria memang sebuah kenyataan kompleks.
- Waria dan Dunia Malam
Seperti yang dilihat masyarakat, waria sangat lekat dengan dunia prostitusi dan dunia malam. Tidak sedikit waria yang memilih menjadi PSK hanya untuk mencari sesuap nasi atau pun untuk memenuhi kebutuhan biologisnya. Mengapa demikian ? seperti yang telah diketahui penolakan terhadap keberadaan waria juga berpengaruh dalam berbagai aspek mengenai kehidupannya. Contohnya saja di dalam hal pekerjaan, sangat jarang pekerjaan halal yang mau memperkerjakan waria. Sempitnya lapangan kerja bagi waria juga memicu mereka akhirnya memilih menjadi PSK. Waria biasanya hanya bekerja di salon dan tidak banyak salon juga yang mau mempekerjakan waria. Dalam dunia entertainment, kehadiran lakon waria juga hanya sebagai bahan lelucon saja untuk sekedar diolok-olok dan membuat penonton tertawa dengan pertunjukan mereka.
Sesungguhnya masih banyak yang dapat waria lakukan asal mereka memiliki motivasi yang tinggi di dalam hidupnya. Menjadikan segala kelemahan menjadi sebuah pemacu semangat akan menjadikan suatu hasil yang baik.
Sesungguhnya masih banyak yang dapat waria lakukan asal mereka memiliki motivasi yang tinggi di dalam hidupnya. Menjadikan segala kelemahan menjadi sebuah pemacu semangat akan menjadikan suatu hasil yang baik.
- Waria dan Sebuah Prestasi
Waria juga adalah manusia yang diberikan segala macam keahlian dan bakat. Banyak waria sekarang yang mampu terlepas dari belenggu hitam dunia prostitusi. Mereka banyak yang menjadi penulis, designer atau bahkan artis besar dalam dunia showbiz.
Siapa yang tidak mengenal Dorce Gamalama, presenter, penyanyi, bintang film yang populer di Indonesia. Dorce merupakan salah satu icon yang berhasil dalam dunia showbiz.
Waria yang bernama asli Dedi Yuliardi Ashadi ini kini masuk dalam daftar presenter papan atas dan setiap hari tampil di stasiun TV. Dia juga pernah meraih book record Museum Record Indonesia (MURI), setelah meluncurkan sembilan album sekaligus hanya dalam waktu lima bulan. Album yang melibatkan 74 artis itu, menempatkan Dorce masuk di posisi 1883 dalam daftar penerima penghargaan MURI.
3.h Kembali Normal
Terkadang sebuah pertanyaan apakah seorang waria atau homoseksual lainnya dapat kembali normal, tentu saja jawabannya bisa. Setiap orang dapat kembali pada kodratnya dengan kemauan dan niat disertai usaha keras. Tidak gampang merubah apa yang telah menjadi sifat semasa kecilnya atau kebiasaan yang sudah tertanam dari semasa kecil. Tapi hal itu bukan berarti tidak ada solusi penyembuhan dari keabnormalan. Ada beberapa faktor yang dapat membantu pemulihan dan mengembalikan waria kepada kodratnya.
3.h Kembali Normal
Terkadang sebuah pertanyaan apakah seorang waria atau homoseksual lainnya dapat kembali normal, tentu saja jawabannya bisa. Setiap orang dapat kembali pada kodratnya dengan kemauan dan niat disertai usaha keras. Tidak gampang merubah apa yang telah menjadi sifat semasa kecilnya atau kebiasaan yang sudah tertanam dari semasa kecil. Tapi hal itu bukan berarti tidak ada solusi penyembuhan dari keabnormalan. Ada beberapa faktor yang dapat membantu pemulihan dan mengembalikan waria kepada kodratnya.
- Dorongan Pribadi
Seperti layaknya ketika seseorang ingin menjadi waria, untuk kembali menjadi laki-laki, seorang waria juga harus memupunyai dorongan yang kuat dari dalam dirinya sendiri. Motivasi untuk sembuh dan juga usaha untuk kembali seperti laki-laki.
- Keluarga
Peran keluarga dalam mendukung penyembuhan waria sangat lah penting. Perhatian yang besar dari keluarga serta dorongan motivasi dapat menjadi semangat untuk seseorang berubah. Keluarga dapat memberikan nasehat bijak tanpa menyakiti perasaan, perlakuan yang baik juga adalah salah satu cara yang baik untuk membuat seseorang dalam keadaan nyaman sehingga dapat menimbulkan motivasi untuk berubah demi sebuah keluarga. Sikap keluarga yang buruk dan keaan yang tidak kondusif seringkali menciptakan traumatik yang dalam bagi seorang anak ketika ia dewasa, hal ini jugalah pemicu terciptanya suatu penyimpangan dalam anak-anak seperti contohnya menjadi waria. Suasana keluarga yang baik dan hangat dapat membuat seseorang yang mempunyai traumatik perlahan menjadi melupakan dan merelakan peristiwa tidak menyenangkan yang membuat mereka mengalami gangguan psikologis.
- Lingkungan
Lingkungan juga merupakan salah satu faktor pemicu bagaimana waria tumbuh. Karena itu lingkungan juga menjadi salah satu pendukung waria dapat kembali secara normal. Keberadaan seorang waria tidak bisa dilihat sebelah mata, apalagi menghakimi mereka sebagai sampah masyarakat yang harus dimarjinalkan. Memperlakukan mereka sebagai aib keluarga, marjinal, dan dihakimi secara buruk, tidak akan membantu mereka untuk keluar dari gejolak psikis yang mereka rasakan. Sebab, mereka tidak pernah menginginkan dirinya untuk lahir menjadi waria.
Memarjinalkan waria tidak akan menyelesaikan masalah. Sikap marjinalisasi justru semakin menjadikan mereka lebih senang bergaul dengan komunitas waria mereka. Sudah cukup mereka merasa tersiksa dengan ketidakdormalan psikis yang mereka rasakan. Waria juga manusia. Berbagai banyak cara dapat dilakukan masyarakat untuk mengembalikan waria dalam kodratnya. Bukan juga serta merta harus merupakan usaha dari pribadi waria itu sensiri, tanpa adanya dukungan penuh dari masyarakat yang mau membimbing dan juga mengarahkan tentu saja waria akan lebih nyaman tinggal dalam lingkungan ke-wariaan-nya . Kesadaran harus didukung dari faktor luar, yaitu masyarakat sendiri. Bagaimana masyarakat bisa merangkul mereka untuk kemudian mengentas keluar dari ke-waria-annya. Dengan perlakuan yang ramah, memberikan ruang sosial secara manusiawi, tidak menutup kemungkinan akan menjadi obat yang memebebaskan mereka dari belenggu kecenderungan menjadi waria yang menyikasa batinnya.
- Agama
Agama adalah salah satu faktor terpenting yang berperan dalam pengembalian jati diri seseorang dalam hal ini homoseks. Sejauh mana manusia takut akan Tuhan, patuh atas segala perintah dan menjauhi larangannya. Secara otomatis mereka akan berusaha menjalankan apa yang seharusnya menjadi kodratnya. Dibuthkan campur tangan para tokoh-tokoh agama yang sekiranya berpengaruh untuk memberikan pengarahan atau dakwah-dakwah sehingga menimbulkan kesadaran oleh kaum homoseks tersebut, bahwa yang mereka lakukan adalah hal yang dilarang oleh agama dan dilaknat oleh Allah S.W.T.
PENUTUP
KESIMPULAN
Bahwa waria bukan seseorang yang mesti kita jauhi atau ditakuti, karena waria punya hati dan perasaan sama seperti orang-orang yang lain. Hanya saja yang membedakannya adalah bentuknya dan perilakunnya. Seharusnya sikap kita lebih mendekatkan diri pada mereka, tidak semua waria itu berprilaku buruk atau menyimpang, walau memang ada beberapa atau segelincir waria yang seperti itu. Bila senang adalah bahagia, bila sedih itu duka maka cinta adalah semua perasaan yang ada.
Download Makalah dalam bentuk Word
(klik tombol generate untuk menampilkan link)
Thanks gan, bisa jadi referensi ini artikel.
BalasHapus