How it started? - love and trust of D
Minggu, 10 November 2019
D
How it started? - Saya sendiri sebagai subjek utama dalam cerita ini bingung bagaimana menentukan awal cerita ini. Karena jujur jika mengingat semua titik nampak semua seperti awal. Layaknya seseorang yang mengawali cerita baru, pasti diawali dengan berbagai macam cerita "polos & culun" yang sebenarnya jika dipikirkan baik-baik, untuk apa saya melakukan hal-hal "gila" tersebut?
Mungkin karena hal "gila" tersebutlah yang akhirnya membuat saya berpikir untuk coba menuangkannya dalam bentuk tulisan. Namun sayangnya baru hari ini saya sempatkan coba untuk menulis.
Ketika kecil dulu, saya adalah anak yang sering menjadi objek ejekan dikelas, dari hal sederhana seperti orang tua diejek, diintimidasi, hingga kontak fisik juga sering saya terima. Mungkin istilah populer saat ini korban bullying. Entah kebetulan atau tidak, diluar sekolahpun ceritanya tidak jauh berbeda seperti dilingkungan sekolah. Jujur masa itu adalah masa yang tidak ingin saya ingat. Mungkin hal ini jugalah yang membuat saya enggan keluar rumah selepas SD (lebih sering dirumah, kalaupun keluar rumah lebih memilih keluar jauh). Namun banyak yang bilang cerita manis itu memang selalu diawali cerita pahit. yah... setidaknya itu yang saya rasakan ketika menuju sekolah lanjutan.
Disekolah lanjutan ini, (MTs. = SMP) jujur saya sangat bersyukur terlepas dari cerita lalu, tidak ada yang mengetahui bahwa saya adalah anak cengeng, bodoh dan sangat bully'able. Diawal masa orientasi, sudah sangat bertekad ingin merubah citra diri menjadi orang yang lebih bisa "melawan". Ditahun pertama dipercaya menjadi ketua kelas walaupun dengan kemampuan leadership yang minim, pun dengan dibidang akademik diberi beban sebagai juara kelas (beban? ya, karena saya sendiri tidak merasa pintar dan ini jadi beban tanggung jawab tersendiri).
Pun ditahun pertama ini juga saya harus kehilangan sosok ibu yang selalu menjadi sosok yang paling dirindukan hingga saat ini. Di 3 tahun sekolah ini, ranking 1,2 dan 3 sudah terlewati artinya target untuk "melawan" kebodohan sudah terbangun dengan baik. Walaupun pada saat itu sempat ditegur kenapa prestasinya menurun oleh kepala sekolah yang super baik itu. Candanya waktu itu "jangan mulai pacar-pacaran ya" yang sempat dibalas oleh saya dengan cengiran kuda yang terlihat bodoh seraya mengiyakan.
Di 3 tahun ini juga saya banyak mengcopy kemampuan orang lain. Berani berbicara didepan umum walaupun harus dengan banyak merasakan gemetar, berani menyampaikan pendapat, aktif diberbagai kegiatan ekstra, petugas upacara, lomba, paskibra, pramuka, pidato, bahkan hanya bermodalkan percaya diri saya mengikuti nasyid (menyanyi) dan jika diingat ingat lagi suara saya pada waktu itu astaghfirullah... lebih ancur dari suara baby kumalasari..
warning : gambar yang bisa didengar.... |