Bikin Konsep Mulu, Eksekusinya Mana?!
Kamis, 15 April 2021
Artikel
PoV : Bisa jadi memang orangnya tรฉoritis dan seorang konseptor handal atau memang typical tong kosong nyaring bunyinya.
Dibeberapa negara, sudah mulai banyak diterapkan mata pelajaran yang berkaitan dengan pemrograman. Katanya sih bisa ngebuat pola pikir para pelajar jadi lebih kritis dan tajam. Salah satu efek domino panjangnya adalah generasi mendatang mungkin akan menjadi tidak mudah percaya terhadap sebuah kasus,. Ya minimal di debug dulu panjang lebar, kalopun selesai kasusnya, dibuat beta dulu sambil nunggu feedback, baru release dah.. ๐
Dari sisi saya sendiri belajar pemrograman itu bukan untuk mengasah pola pikir apalagi sampai mikirin generasi mendatang ๐
๐
, tapi lebih ke menghindari judul diatas.
Dikebanyakan kasus, saya sering berangan-angan gimana kalo begini dan begitu. Hingga akhirnya hanya menjadi sebatas angan dan konsep dikepala saja, tanpa ada eksekusi.
Tapi akhirnya, diawal 2020 kemarin sudah mulai banyak konsep-konsep dikepala terlahir kebumi dengan banyak paksaan. Paksaan? Yaaa.. Paksaan.. Karena kalau tidak dipaksa, saya selamanya jadi mahluk penganut faham manualisme.
Konsep-konsep tersebut dilahirkan dengan bantuan bahasa pemrograman. Pekerjaan manual apapun pasti saya langsung terpikir coding.. Ah indahnya.. ๐
Klik > Selesai > Pulang
FAQ : Kalau semua sudah diotomasi berarti ga ada kerjaan dong?
Tidak seperti itu ferguso, analoginya adalah :
Dulu manusia menemukan batu berbentuk lingkaran itu bisa dijadikan roda, yang memudahkan manusia memindahkan barang dari 1 titik, ke titik yang lain. Apakah cukup perubahannya? Tidak! Manusia menyempurnakan roda tersebut dengan menggunakan kayu. Merasa kayu kurang efisien akhirnya terlahirlah velg & ban. Cukup? Tidak!
Karena diawal abad 19 manusia tahu bahwa ban karet mudah kempis kalau terkena benda tajam. Akhirnya terciptalah ban seperti ini.
tinggal menunggu waktu sampai ban tidak digunakan lagi, karena dibelahan bumi lain sedang dikembangkan kendaran terbang yang lebih fleksibel, dan tentunya tanpa perlu ban. Jadi improvement atau proses otomasi itu tidak pernah menghilangkan pekerjaan melainkan membuat kita menjadi agile terhadap perubahan dan memumbuat kita berlari meninggalkan "mereka" yang tidak pernah mengeksekusi konsepnya.